Menurut TGH. Ibrahim Al Khalidy Kediri NTB
Arah Kiblat untuk daerah Lombok = 22 ¾ ( 22.30 )
Cara penentuan arah kiblat di Indonesia
Secara historis cara penentuan arah kiblat di Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual dikalangan kaum muslimin. Perkembangan penentuan arah kiblat ini dapat dilihat dari perubahan besar yang dilakukan Muhammad Arsyad al-Banjar dan K.H. Ahmad Dahlan atau dapat dilihat pula dari alat-alat yang dipergunakan untuk mengukurnya, seperti miqyas, tongkat istiwa', rubu'mujayyab, kompas, dan teodolit. Selain itu sistem perhitungan yang dipergunakan mengalami perkembangan pula, baik mengenai data koordinat maupun mengenai sistem ilmu ukurnya.
Pada saat ini metode yang sering digunakan dalam pengukuran arah kiblat ada tiga macam, yakni: (1) memanfaatkan bayang-bayang kiblat, (2) memanfaatkan arah utara geografis (true north), dan (3) mengamati/ memperhatikan ketika matahari tepat berada di atas Ka'bah. Bila menggunakan metode bayang-bayang kiblat maka langkah-langkah yang perlu ditempuh, yaitu: (a) menghitung arah kiblat suatu tempat, (b) menghitung saat kapan matahari membuat bayang-bayang setiap benda (tegak) mengarah persis ke Ka'bah, dan (c) mengamati bayang-bayang benda tegak pada saat seperti dimaksud poin b. Kemudian mengabadikan bayang-bayang tersebut sebagai arah kiblat.
Adapun jika menggunakan metode memanfaatkan arah geografis langkah-langkah yang perlu ditempuh, yaitu: (a) menghitung arah kiblat suatu tempat, (b) menentukan arah utara geografis (baca : true north) dengan bantuan kompas, tongkat istiwa' atau teodolit, dan (c) mengukur/ menarik arah kiblat berdasarkan arah geografis seperti dimaksud pada poin (b) dengan menggunakan busur derajat, rubu', segitiga, atau teodolit.
Data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan arah kiblat, antara lain: lintang tempat (), bujur tempat (λ), lintang Ka'bah (k) dan bujur Ka'bah (λk). Untuk lintang dan bujur tempat telah tersedia. Hanya saja daftar tersebut perlu diverifikasi dengan alat kontemporer.
Sementara itu, metode ketiga dapat dilakukan oleh setiap orang dan merupakan cara yang paling sederhana dan bebas hambatan. Metode ketiga ini dapat dilakukan, tanpa harus mengetahui koordinat (lintang dan bujur) tempat yang akan dicari arah kiblatnya, tetapi cukup menunggu kapan saatnya posisi matahari tepat berada di atas Ka'bah.
Posisi matahari tepat berada di atas Ka'bah akan terjadi ketika lintang Ka'bah sama dengan deklinasi matahari, pada saat itu matahari berkulminasi tepat di atas Ka'bah. Kesempatan tersebut datang pada setiap tanggal 27 Mei (tahun pendek) atau 28 Mei (tahun kabisat) pukul 11.57 LMT dan tanggal 15 Juli (tahun pendek) atau 16 Juli (tahun kabisat) pukul 12.06 LMT.
Bila waktu Mekah (LMT) dikonversi menjadi waktu Indonesia bagian barat (WIB) maka harus ditambah dengan 4 jam 21 menit sama dengan pukul 16.18 WIB dan 16.27 WIB. Oleh karena itu, setiap tanggal 27 Mei (untuk tahun pendek) atau 28 Mei (untuk tahun kabisat) pukul 16.18 WIB dapat mengecek arah kiblat dengan mengandalkan bayangan matahari yang tengah berada di atas Ka'bah. Begitu pula setiap tanggal 15 Juli (untuk tahun pendek) atau 16 Juli (untuk tahun kabisat) juga dapat dilakukan pengecekan arah kiblat dengan metode tersebut.
Dalam prakteknya, tidak perlu langkah yang rumit untuk menentukan arah kiblat berdasar jatuhnya bayangan benda yang disinari matahari. Pengamat (observer) cukup menggunakan tongkat atau benda lain sejenis untuk diletakkan di tempat yang memperoleh cahaya matahari. Cahaya matahari yangmenyinari benda tersebut akan menghasilkan bayangan. Arah bayangan ini merupakan arah kiblat
Kamis, 05 Mei 2011
Arah Kiblat
Jadwal Waktu Sholat Wilayah Lombok NTB
Jadwal Waktu Sholat Wilayah Lombok NTB
Oleh : TGH. Ibrahim Al Kholidy Kedri
Jadwal ini berlaku sepanjang Masa
silahkan ambil disini :
Jadwal Waktu Sholat
Dalam Penentuan Waktu Shalat tidak terlepas dari posisi matahari dalam tata koordinat horizon, terutama tinggi matahari (h) dan jarak zenit (z).
Di dalam Al-Qur’an dan Hadits ada beberapa fenomena alam yang berkaitan dengan waktu shalat khususnya shalat fardlu, seperti: kulminasi, terbenam, senja (evening twilight) dan fajar (morning twilight).
1. Shalat Dzuhur
Waktu Dzuhur yaitu sejak matahari meningalkan meridian atau sesaat setalah matahari berkulminasi (istiwa/dzawal), biasanya ditambah 2 menit setalah kulminasi.
2. Shalat Ashar
Waktu Ashar ialah ketika bayangan suatu benda sama dengan panjang bendanya ditambah dengan bayangan benda pada waktu dzuhur. Badan Hisab dan Ru’yat Departemen Agama RI menggunakan rumusan: panjang bayangan waktu asar = bayangan waktu dzhuhur + tinggi bendanya; tan(za) = tan(zd) + 1
Ada yang berpendapat bahwa waktu Ashar yaitu waktu pertengahan antara dzuhur dan maghrib, tanpa perlu memperhitungkan jarak zenit/tinggi matahari. Ini sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 238 yang menyatakan sebagai shalat pertengahan.
3. Shalat maghrib
Waktu maghrib ialah ketika matahari telah terbenam sampai hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit ufuk barat. Secara astronomi Matahri terbenam disefinisikan apabila jarak zenit (z) = 90° 50′ (the Astronomical almanac) atau z = 91° (h = -1°) jika dimasukkan koreksi kerendahan ufuk akibat ketinggian pengamat dari permukaan tanah. Untuk penentuan waktu salat maghrib, biasanya ditambah ikhtiyath sekitar 2 menit untuk kehati-hatian agar tidak shalat pada waktu yang dilarang seperti saat matahari terbit, terbenam, atau kulminasi atas.
4. Shalat Isya
Waktu Isya didefinisikan dengan ketika hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit yang ditandai dengan mulai memudarnya cahaya merah di ufuk barat, sebagai tanda dimulainya malam hari.
Dalam astronomi dikenal sebagai akhir senja astronomi (astronomical twilight) yaitu apabila jarak zenit matahari (z) = 108o atau tinggi matahari (h) = -18o
5. Shalat Shubuh
Waktu shubuh yaitu sejak terbitnya fajar shiddiq sampai terbit matahari. Secara astronomi fajar shidiq difahami sebagai awal astronomical twilight (fajar astronomi), mulai munculnya cahaya di ufuk timur menjelang terbit matahari pada saat matahari berada pada kira-kira 18 derajat di bawah horizon (jarak zenit z = 108o).
Sedangkan yang digunakan di Indonesia sekarang khususnya oleh Badan Hisab dan Ru’yat Departemen Agama RI yaitu apabila zarak zenit matahari (z) = 110o atau tingginya (h) = -20o
Fajar shiddiq (sebenarnya) disebabkan oleh hamburan cahaya matahari di atmosfer atas. Ini berbeda dengan apa yang disebut fajar kidzib (semu) — dalam istilah astronomi disebut cahaya zodiak — yang disebabkan oleh hamburan cahaya matahari oleh debu-debu antarplanet
Ratib TGH. Ibrahim Al Kholidy Kediri
إِلَى حَضْرَةِ النَّبِي اْلمُصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَصَاحِبِ الرَّاتِبِ السَّيِّدِ الْحَبِيْبِ عُمَرَ ابْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ اْلعَطَّاسِ شَيْئ ٌلِلَّهِ لَهُمُ اْلفَاتِحَةُ :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
هُوَ اللهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ اْلغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ هُوَ اللهُ اّلَذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلمَلِكُ اْلقُدُّوْسُ السَّلَامُ اْلمُؤْمِنُ اْلمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ اْلجَبَّارُ اْلمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ , هُوَ اللهُ الْخَالِقُ اْلبَارِئُ اْلمُصَوِّرُ لَهُ اْلأَسْمَاءُ اْلحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ {3 كالي}
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ {3 كالي}
بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَايَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي اْلأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ {3 كالي}
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ {10 كالي}
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ {3 كالي}
بِسْمِ اللهِ تَحَصَّنَا بِاللهِ بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ {3 كالي}
بِسْمِ اللهِ أَمَنَّا بِاللهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ لَاخَوْفٌ عَلَيْهِ {3 كالي}
سُبْحَانَ اللهِ عَزَّ اللهُ سُبْحَانَ اللهِ جَلَّ اللهُ {3 كالي}
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ اْلعَظِيْمِ {3 كالي}
سُبْحَانَ اللهِ وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ {4 كالي}
يَالَطِيْفًا بِخَلْقِهِ يَا عَلِيْمًا بِخَلْقِهِ يَا خَبِيْرًا بِخَلْقِهِ أُ لْطُفْ بِنَا يَا َلطِيْفُ يَا عَلِيْمُ يَا خَبِيْرُ {3 كالي}
يَالَطِيْفًا لمَ ْتَزَلْ أُ ْلطُفْ بِنَا فِيْمَا نَزَلَ إِنَّكَ لَطِيْفٌ لمَ ْتَزَلْ أُ ْلطُفْ بِنَا وَاْلمُسْلِمِيْنَ {3 كالي}
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ {40 كالي ( 70 كالي ) ( 100 كالي)}
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { 1 كالي}
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ { 7 كالي}
َالَّلهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { 11 كالي}
أَسْتَغّفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ {11 كالي}
تَائِبٌ إِلَى اللهِ { 1 كالي}
يَا اللهُ بِهَا يَا اللهُ بِهَا يَا أَللهُ بِحُسْنِ اْلخَاتِمَةِ {3 كالي}
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ , لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُوَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا َربَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَالَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاْعفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى اْلقَوْمِ اْلكَافِرِيْنَ
أَ لْفَاتِحَةُ اْلأُوْلَى
لِسَيِّدِنَا اْلفَقِيْهِ اْلمُقَدَّمِ مُحَمَّدِ بْنِ بَاعَلْوِيْ وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ وَكَافَّةِ سَادَتِنَا أَلِ بَاعَلْوِي أَيْنَمَا كَانوُا وَجَمِيْعِ أَوْلِيَاءِ اللهِ تَعَالَى مِنْ مَشَارِقِ اْلأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا أَنَّ اللهَ يُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ وَيَنْفَعُنَا بِبَرَكَاتِهِمْ وَيَحْمِيْنَا بِحِمَايَتِهِمْ فِي الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ بِسِرِّالْفَاتِحَةِ
أَ لْفَاتِحَةُ الثَّانِيَةُ
لِسَيِّدِنَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَقِيْلِ وَسَيِّدِنَا صَاحِبِ الرَّاتِبِ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَعَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَصَالِحِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَعَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ وَحُسَيْنِ بْنِ عُمَرَ وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَأَهْلِ تُرْبَتِهِمْ وَجَمِيْعِ اْلأَخِذِيْنَ عَنْ سَيِّدِنَا عُمَرَ وَالَّلائِذِيْنَ بِهِ وَاْلمُنْتَسِبِيْنَ إِلَيْهِ فِي جَمِيْعِ أَقْطَارِ اْْلأَرْضِ أَنَّ اللهَ يَغْفِرَلَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيُعْلِيْ دَرَجَاتِهِمْ وَيُعِيْدُ عَلَيْنَا مِنْ أَسْرَاِرهِمْ وَأَنْوَاِرهِمْ وَبَرَكَاتِهِمْ فِي الدُّنيْاَ وَاْلأَخِرَةِ بِسِرِّالْفَاِتِحَةِ
أَ لْفَاتِحَةُ الثَّالِثَةُ
أَنَّ اللهَ يُصْلِحُ أُمُوْرَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَيُنْزِلُ غَيْثَهُمْ وَيَغْرِزُ أَمْطَارَهُمْ وَيُرَخِّصُ أَسْعَارَهُمْ وَيَشْفِيْ مَرْضَاهُمْ وَيُصْلِحُ قُضَاتَهُمْ وَأُوْلَاتَهُمْ وَيُخْمِدُ نَارَ اْلِفتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَيُصْلِحُ الشَّأْنَ كُلَّهُ وَيُخْتِمُ لَنَا بِاْلحُسْنَى فِي خَيْرٍ وَعَافِيَةٍ لَنَا وَلَكُمْ وَأَنَّ اللهَ يَجْعَلُنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلمَقْبُوْلِيْنَ وَيُوَفِّقَنَا وَإِيَّاكُمْ لِمَا يُحِبُّ وَيَرْضَا مِنَ اْلقَوْلِ وَالْعَمَلِ وَيَحْفَظُنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ الزَّيْغِ وَالزَّلَلِ بِسِرِّالْفَاتِحَةِ
أَ لْفَاتِحَةُ الرَّابِعَةُ
لِوَالِدَيْنَا وَوَالِدِيْ وَالِدِيْنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَمَشَائِخِنَا أَنَّ اللهَ يَغْفِرُلَنَا وَلَهُمْ وَيَجْمَعُنَابِهِمْ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَأَنَّ اللهَ يَرْزُقُنَا عُلُوْمًا ناَفِعَةً فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَيَرْزُقُنَا رِزْقًا حَلَالًا طَيِّبًا كَثِيْرًا بِلَا َكدٍّ وَلَا تَعَبٍ وَلَا نَصَبٍ مِنْ حَيْثُ لَا نَحْتَسِبُ وَيُطَوِّلُ أَعْمَارَنَا فِي طَاعَتِهِ وَعِبَادَتِهِ وَيَنْصُرُنَا عَلَى جَمِيْعِ اْلأَعْدَاءِ وَيَدْفَعُ عَنَّا جَمِيْعَ اْلبَلَاءِ بِسِرِّالْفاَتِحَةِ
أَ لْفَاتِحَةُ اْلخَامِسَةُ
ِلِإخْوَانِنَا اْلإِصْلَاحِيِّيْنَ وَالرَّابِطِيِّيْنَ وَمَنِ انْتَمَى إِلَيْهِمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلُمْسِلمَاِت وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ أَنَّ اللهَ يُصْلِحُ أَحْوَالَهُمْ وَيُنْصُرُهُمْ عَلَى مَنْ عَادَاهُمْ وَيَجْعَلُ الْجَّنَّةَ مَأْوَاهُمْ وَلِلْحُجَّاجِ وَاْلغُزَّاةِ وَالزُّوَارِ وَالْمُسَافِرِيْنَ فِي اْلبَرِّ وَالْبَحْرِ وَاْلجَوِّ مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ أَنَّ اللهَ يُصْحِبُهُمُ السَّلَاَمةَ وَيُبَلِّغُهُمْ مَرَامَهُمْ سَالِمِيْنَ غَانِمِيْنَ بِخَيْرٍ وَلُطْفٍ حَتَّى يَرْجِعُوْا إِلَى أَوْطَانِهِمْ بِسِرِّاْلفَاتِحَةِ
أَ لْفَاتِحَةُ السَّادِسَةُ
لِصَاحِبِ الضَّالَّةِ أَنَّ اللهَ يَكُوْنَ فِي عَوْنِهِ وَيَتَقَبَّلُ مِنْهُ وَيـُـــيَسِّرُ عَلَيْهِ وَيُجَمِّلُ حَالَهُ وَيَغْفِرَ لَهُ وَلِوَالِدَيْهِ وَيُعْطِيْهِ مَطْلُوْبَهُ وَيُرَدُّ لَهُ ضَالَّتَهُ بِسِرِّالْفَاتِحَةِ
أَ لْفَاتِحَةُ السَّابِعَةُ
لِصَاحِبِ الْمَكَانِ أَنَّ اللهَ يَرْزُقُهُ التَّوْفِيْقَ وَالْهِدَايَةِ وَيَرْزُقُهُ رِزْقًا حَلَالًا مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَيَجْعَلُ مَكَانَهُ هَذَا مَعْمُوْرًا بِالْخَيْرَاتِ بِسِرِّالْفَاتِحَةِ
صَلَوَاتُ اللهِ عَلَى اْلمَهْدِي # اَلْهَادِي النَّاسِ إِلَى النَّهْجِ
وَأَبِيْ بَكْرٍ فِي سِيْرَتِهِ # وَلِسَانِ َمقَالَتِهِ اْللَّهِجِ
وَأَبِيْ حَفْصٍ وَكَرَامَتِهِ # فِي قِصَّةِ سَارِيَةِ الْخَلِجِ
وَأَبِيْ عَمْرٍو ذِي النُّوْرَيْنِ # اَلْمُسْتَحِيَ اْلمُسْتَحِيَ اْلبَهِجِ
وَأَبِي حَسَنٍ فِي ْالعِلْمِ إِذَا # وَافَى بِسَحَائِبِهِ اْلخَلِجِ
وَعَلَى السِّبْطَيْنِ وَأُمِّهِمَا # وَجَمِيْعِ الْأَلِ بِهِمْ فَلِجَ
وَعَلَى اْلأَصْحَابِ بِجُمْلَتِهِمْ # بَذَلوُااْلأَمْوَالَ مَعَ اْلمُهَجِ
يَا رَبِّ بِهِمْ وَأَلِهِمُ # عَجِّلْ باِلنَّصْرِ وَبِالْفَرَج {3 كالي}
اَللَّهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسِلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اَّلذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ اْلكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ اْلحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ اْلخَوَاِتمِ وَيُسْتَسْقَى اْلغَمَامُ بِوَجْهِهِ اْلكَرِيْمِ وَعَلَى أَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ فِي ُكِّل لمَـــْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ اْلقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا وَعَافِيَةِ اْلأَبْدَانِ وَشِفَائِهَا وَنُوْرِ اْلأَبْصَارِ وَضِيَائِهَا وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ